Public Lecture Series ke-7 yang merupakan bentuk kolaborasi Eurasia Foundation dengan Program studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha mengusung tema dalam lecture kali ini terkait dengan “Pengembangan Karakter Asia dalam Etnosains & Kearifan Lokal” yang menghadirkan Guru Besar Bidang Sosiologi Pendidikan dari FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. di ruang Ganesha III Undiksha (29/04/2024).
Kegiatan public lecture series ini dihadiri oleh pejabat struktural akademik Undiksha, dalam hal ini Wakil Dekan 1, Ketua Jurusan SSP, Sekretaris Jurusan SSP, dan staf dosen serta pegawai.
Selain dihadiri oleh para dosen, public lecture ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai kampus secara daring. Selama penyampaian materi berlangsung, Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. juga mengajak diskusi interaktif dengan peserta public lecture. Kuliah Umum ini dipandu oleh moderator dari prodi Pendidikan Sosiologi FHIS Undiksha, Muhammad Idris, M.Pd. Dalam akumulasi pemaparannya, Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. tentang pentingnya pendidikan karakter di Asia dan secara pemodelan seperti apa yang dapat dipelajari seperti golden rule yang diterapkan di Singapura, gotong royong di Indonesia, Filiial Piety di Cina.
Penciri khas dari karakter dari berbagai tempat dan kawasan, perlu untuk kemudian kita gali dalam berbagai metodologi seperti pendekatan psikologi serta melalui teori pembelajaran sosial. Lebih lanjut, Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si. menguraikan tentang bagaimana titik pisah diantara etnosain dengan kearifan lokal, sebagaimana penjabaran pemateri bahwa etnosains menekankan pemahaman dan penerapan pengetahuan tradisional serta nilai budaya dalam pengembangan karakter. Sementara itu, kearifan lokal menenkankan pada aspek kebijaksanaan lokal yang sering mencakup konsep-konsep seperti penghormatan terhadap para sesepuh, harmoni dengan alam, dan pentingnya kesejahteraan bersama.
Salah satu contoh penerapan etnosains dan kearifan lokal di Asia dapat dilihat dari eksistensi korea selatan sebagai negara Asia yang mengintergrasikan antara nilai-nilai konfusianisme ke dalam sistem pendidikan di korea selatan. Dalam praktiknya, etika konfusianisme menekankan pentingnya etika, tanggung jawab sosial, kejujuran, kesetiaan, dan kebaikan.
Di Indonesia juga terdapat integrasi antara kearifan lokal ke dalam sistem pendidikan. Berangkat dari pengintegrasian tersebut, tentunya pemateri memaparkan bahwa dampak yang ditimbulkan berupa: (1) pentingnya kerjasama komunal dan kepemimpinan inklusif; (2) Pemeliharaan lingkungan dan keberlanjutan; (3) Melestarikan warisan budaya dan meningkatkan kesadaran sosial.
Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si dalam pemaparannya, lebih lanjut menggali program pengembangan karakter di Asia melalui studi kasus program sekolah yaitu program Saenghwal Chamyu di Korea Selatan, Kemudian program komunitas/masyarakat dalam bentuk program Gyoyuk Undong di Indonesia yang dapat ditunjukkan melalui penerapan dari nilai-nilai tanggung jawab, semangat kebersamaan, integritas, kesederhanaan, kejujuran, disiplin, kerja sama, dan hormat.
Pembicara lebih lanjut menjabarkan bahwa dari penerapan yang sudah dijabarkan sebelumnya terdapat juga beberapa tantangan dan hambatan dalam implementasi inisiatif pengembangan karakter seperti: (1) konsistensi dan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak termasuk dalam hal ini pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat; (2) menyeimbangkan antara penghargaan terhadap kearifan lokal dengan tuntutan perkembangan teknologi dan globalisasi.
Oleh sebab itu, Prof. Dr. Elly Malihah menawarkan langkah solutif melalui Etnopedagogi yang merupakan metodologi pendidikan berbasis kearifan lokal sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi. Dalam penerapannya, maka perlu untuk: (1) memahami cara atau strategi membelajarkan dengan mengaplikasikan kearifan budaya lokal; (2) memfasilitasi keragaman budaya dalam pendidikan; (3) pendidikan sebagai sub sistem dari sistem kehidupan. Sehingga pendidikan harus bersatu/terintegrasi dengan sistem kehidupan; (4) mempersiapkan menghadapi budaya global, tetap eksis dalam pergaulan global tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Maka, tawaran untuk kedepannya juga disampaikan oleh pembicara dalam hal ini Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si sebagai sebuah rekomendasi bahwa: perlu ada langkah kedepan untuk menjaga dan meningkatkan pendidikan karakter di Indonesia seperti:
- Komitmen jangka panjang dan konsistensi
- Menyeimbangkan tradisi dan modernitas
- Upaya kolaboratif untuk implementasi yang efektif
Selain itu, langkah lainnya dalam bentuk integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum pendidikan, diantaranya:
- Kajian Etnopedagogi sebagai mata kuliah
- menyeimbangkan tradisi dan modernitas dalam pengembangan kurikulum (etnopedagogi sebagai sumber nilai dalam pendidikan)
- Upaya kolaboratif untuk implementasi nilai tradisi ditengah modernisasi think globally, act locally or local value for global activities
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab bersama peserta luring maupun daring dan berlangsung dengan penuh antusias dari peserta. Pada akhirnya, Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si mengakhiri lecture dengan kalimat penutup bahwa pentingnya pendidikan karakter tentu perlu untuk dipahami konteksnya bagaimana karakter itu bibit awalnya ada pada lingkungan terdekat kita yaitu keluarga.